~Selingan Cinta Dari Khazanah Lama~


Ada seorang gadis yang sangat cantik sekali dan sangat rupawan. Dialah bunga disebuah kota yang harumnya semerbak hinga sampai ke negeri-negeri tentangga. Tak banyak yang pernah melihat wajahnya, sedikit sekali yang pernah mendengar suaranya, dan bisa di hitung jari orang yang pernah beruriusan dengannya. Dia seorang pemilik kecantikan yang terjaga bagaikan bidadari di taman syurga.

Sebagaimana wajarnya, sang gadis juga memendam cinta. Cinta itu tumbuh, anehnya, kepada seseorang pemuada yang yang belum pernah ia lihat sebelumnya, belum pernah ia lihat wajahnya, belum pernah ia dengar suara pemuda tersebut. Hanya karena kabar. Hanya karena cerita yang beredar. Bahwa pemuda ini tampan bagai nabi Yusuf zaman ini. Bahwa akhlaqnya suci. Bahwa ketaqwaannya telah berulangkali teruji. Namanya kerap muncul dalam pembicaraan para ibu yang merindukan menantu.

Gadis pujaan itu telah kasmaran sejak didengarnya sang bibi berkisah tentang pemuda idaman. Tetapi begitulah, cinta itu terkadang terpisah oleh jarak, terkadang terkekang waktu. Tersekat oleh rasa asingf dan ragu. Hingga hari pun telah tiba. Sang pemuda berkunjung ke kota si gadis untuk sebuah urusan. Dan cinta sang gadis tak lagi bisa menunggu. Ia telah terbakar rindu pada sosok yang bayangannya mengisi ruang hati. Meski tak pasti adakah benar yang ia bayangkan matanya, tentang alisnya, tentang lesung pipitnya, tentang ketegapannya, tentang semuanya. Meski tak pasti cintanya bersambut sama.

Maka di tulisnya surat itu, memohon bertemu.
Dan ia mendapat jawban. ”Ya”, katanya.

Akhirnya mereka bertemu di satu tempat yang disepakati. Berdua saja. Awal-awal tak ada kata. Tapi bayangan masing-masing telah merasuk jauh menembus mata, menghadirkan rasa tak karuan dalam dada. Dan sang gadis yang mendapati bahwa apa yang ia bayangkan tak seberapa dibanding aslinya, kesantunannya, kelembutan suaranya, kegagahan sikapnya. Ia berkeringat dingin. Tapi diberanikan bicara, karena demikianlah kebiasaan ada pada keluargnya.

”maha suci Allah.” kata si gadis sekilas kembali memandang,”yang telah menganugerahi engaklu wajah yang begitu tampan.”

Sang pemuda tersenyum. Ia menundukkan wajahnya. ”Andai saja kau lihat aku”, katanya, ”sesudah tiga hari dikuburkan. Ketika cacing berpesta membusukannya. Ketika ulat-ulat bersarang di mata. Ketika hancur wajah menjadi busuk bernanah. Anugerah ini begitu sementara. Janganlah kau tertipu olehnya.”

”betapa inginnya aku”, kata si gadis, ”meletakan jemariku dalam genggaman tanganmu,”

Sang pemuda berkeringat dingin mendengarnya. Ia menjawab sambil tetap menunduk memejamkan mata. ”Tak kurang inginnya aku berbuat lebih dari itu. Tapi coba bayangkan, kulit kita adalah api neraka, yang satu bagi yang lainnya. Tak berhak saling disentuhkan. Karena di akherat kelak hanya akan menjadi rasa sakit dan penyesalan yang tak berkesudahan.”

Sang gadis ikut tertunduk. ”tapi tahukah engkau”. Katanya melanjutkan, ”Telah lama aku di landa rindu, takut, dan sedih. Telah lama aku merindukan saat aku bisa meletakan kepalaku di dadamu yang berdegup. Agar berkurang beban-beban. Agar Allah menghapus kesempitan dan kesusahan."

”jangan lakukan itu kecuali dengan haknya”, kata si pemuda. ”Sungguh kawan-kawan akrab pada hari kiamat satu sama lain akan menjadi seteru. Kecuali mereka yang bertaqwa.”

Kita cukupkan sampai di sini kisah ini. Mari kita dengar komentar Syaikh ’Abdullah Nashih ’Ulawan tentangnya. ”Apa yang kita pelajari dari kisah ini?” demikian beliau bertanya. ”sebuah kisah yang indah. Sarat dengan ’ibrah dan pelajaran. Kita lihat bahwa sang pemuda demikian fasih membimbing si gadis untuk menghayati kesucian dan ketaqwaan kepada Allah.”

”tapi, kata beliau memberi catatan. ”Dalam kisah indah ini kita tanpa sadar melupakan satu hal. Bahwa sang pemuda dan sang gadis melakukan pelanggaran syariat. Bahwa sang pemuda mencampuradukan kebenaran dan kebathilan. Bahwa ia meniupkan nafas dakwah dalam atmosfer yang ternoda. Dan dampaknya bisa kita lihat dalam kisah, sang gadis sama sekali tak mengindahkan dakwahnya. Bahkan ia semakin berani dalam kata-kata, mengajukan permintaan-permintaan yang makin meninggi tingkat bahayanya dalam pandangan syariat Islam."

Ya. Dia sama sekali tak memperhatikan isi kalimat dakwah sang pemuda. Buktinya, kalimat makin berani dan menimbulkan syahwat dalam hati. Mula-mula bergandengan, jemarinya menyatu bertautan. Kemudian membayangkan berbaring dalam pelukan. Subhanallah, bagaimana percakapan diteruskan tanpa batas waktu?

”kesalahan itu”, kata syaikh ’Abdullah Nashih ’Ulawan memungkasi, ”Telah terjadi sejak awal.” apa itu? ”Mereka berkhalwat!!! Mereka tak mengindahkan peringatan syari’at dan pesan Sang Nabi tentang hal yang satu ini.”



Di sadur dari buku jalan cinta para pejuang karya Ssalim A. Fillah

Samarinda, 20 januari 2010




Adi Victoria

~kalau umat Islam tidak ikut pemilu, artinya parlemen dan pemerintahan akan diisi oleh orang-orang sekuler, benarkah???~

Ada sebagian orang di parlemen yang memiliki pendapat bahwa kalau umat Islam tidak ikut pemilu, artinya parlemen dan pemerintahan akan diisi oleh orang-orang sekuler. Kebijakan yang dihasilkan , diduga keras akan merugikan umat Islam. Kondisi seperti ini terjadi di masa orde Baru, disaat parlemen dan pemerintahan dikuasai oleh kelompok sekuler. Sebenarnya benarkah anggapan seperti itu?

Mari kita kaji persoalan ini bersama. Tidaklah kemudian kelompok Islam atau parpol Islam dihalalkan melakukan kemaksiatan dengan alasan kekhawatiran ditindas atau ditekan, atau khawatir muncul kebijakan yang merugikan umat. Sikap seperti ini akan membuat parpol Islam bersikap kompromi terhadap penguasa yang ada, dan tidak berani bersikap terbuka terhadap kedzoliman penguasa yang ada.

Apa yang dicontohkan oleh Rosulullah adalah perkara yang jelas. Berbagai ancaman, intimidasi, bahkan pembunuhan yang menimpa terhadap pengikut Rosulullah dan Rosul sendiri, tidaklah membuat Rosulullah kemudian berkompromi dengan sistem yang ada dengan imbalan penguasa itu akan bersikap lunak. Rosullah dengan konsisten bersikap istiqomah dalam memegang teguh kebenaran Islam dan tidak menyimpang sedikitpun dalam garis perjuangannya.

Padahal, kalau menggunakan logika yang digunakan oleh sebagian kelompok Islam sekarang, Rosulullah saw pastilah memilih tawaran kekuasaan yang disampaikan oleh orang-orang kafir Quraisy, berkompromi demi menyelamatkan pengikutnya yang disiksa. Tapi Rosul tidak melakukan itu.

Secara fakta juga, argumentasi ini bisa diperdebatkan kebenarannya. Tidak ada jaminan duduknya para anggota parpol Islam di parlemen atau dipemerintahan menjamin tidak adanya tekanan terhadap perjuangan Islam yang ingin menegakkan syariat Islam secara kaffah. Di Turki, misalnya, Partai Keadilan dan Pembangunan yang disebut-sebut partai Islam sebagai ganti dari partai Raffah, malah menangkapi pejuang-pejuang Islam yang ingin menegakkan syariat Islam dengan menegakkan Daulah Khilafah. Demikian juga untuk kasus Indonesia, adanya anggota parpol Islam yang duduk diparlemen atau pemerintahan tidak bisa berbuat banyak, saat beberapa pejuang yang ingin menegakkan syariat Islam, ditahan dan ditangkapi, bahkan ada yang diculik.

Bisa dipahami, sebab parpol Islam itu , meskipun menguasai parlemen dan pemerintahan seperti di Turki , tidak memiliki kekuasaan yang sesungguhnya. Tetap saja yang memiliki kekuasaan adalah pihak militer yang menjadi pembela sekulerisme di Turki. Dalam kondisi seperti ini, parpol Islam akan dihadapkan pada dua pilihan, secara terbuka menentang sekulerisme yang berakibat mereka akan diturunkan secara paksa oleh kekuatan sekuler yang belum sadar. Atau mengikuti permainan dalam sistem sekuler untuk mengamankan posisinya. Meskipun harus mengeluarkan kebijakan yang merugikan umat Islam dan bertentangan dengan Islam.

Ditambah tidak adanya dukungan yang nyata dari rakyat secara keseluruhan yang memiliki kesadaran politik untuk memperjuangkan syariah Islam. Akan membuat posisi parpol Islam tetap lemah meskipun mereka mayoritas duduk diparlemen atau pemerintahan.

Dengan demikian , hal sesungguhnya yang bisa mencegah adanya peminggiran dan penindasan terhadap pejuang Islam adalah tegaknya sistem Islam itu sendiri yang didukung oleh pemilik kekuasaan yang sesungguhnya seperti militer dan dukungan rakyat. Bukan mayoritas atau tidak diparlemen atau pemerintahan. Selama tidak dalam sistem Islam yang didukung oleh rakyat dan pemilik kekuasaan yang nyata di tengah masyarakat, akan selalu muncul penindasan terhadap pejuang Islam .

Demikian juga munculnya hukum atau kebijakan yang merugikan umat Islam dan bertentang dengan hukum syara’ adalah buah dari sistem sekuler yang dipraktekkan. Artinya, selama dasar pengambilan keputusan bukan hukum syara’, pastilah selalu akan muncul kebijakan yang merugikan umat Islam atau hukum yang bertentangan dengan syariat Islam.

Memang benar, dalam beberapa hal, terkesan sistem sekuler yang ada menampung aspirasi umat Islam. Seperti yang terjadi dalam RUU sisdiknas , dimana beberapa pasal yang sejalan dengan aspirasi umat Islam berhasil digolkan. Namun perlu dicatat, hukum yang digolkan itu pastilah dalam perkara yang parsial atau yang dianggap tidak banyak mempengaruhi keberlangsungan sistem sekuler yang ada. Dalam perkara-perkara yang urgen dan mengancam sistem sekuler yang ada, pastilah tidak akan diterima. Tidak mengherankan kalau uu yang dikatakan merupakan aspirasi umat Islam tersebut baru sebatas penggunaan kata taqwa dalam UU sisdiknas atau masalah pernikahan. Yang jelas tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap perubahan sistem kufur yang ada.

Dan perlu dicatat, kalaupun parlemen atau pemerintahan menampung aspirasi umat Islam, bukanlah menjadi alasan untuk menghalalkan duduk diparlemen atau pemerintahan yang bertentangan dengan Islam. Sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT tidak akan pernah berubah meskipun kelihatan hal itu memberikan manfaat yang parsial terhadap umat Islam. Seperti tidaklah kemudian sistem demokrasi yang berdasarkan kedaulatan ditangan rakyat menjadi halal, karena sampai batas tertentu, demokrasi memberikan kebebasan untuk berdakwah.

Sementara juga patut dipertanyakan argumentasinya secara syari’i maupun fakta. Memang umat Islam harus bisa membuktikan dan memberikan teladan bahwa mereka mampu mengelola negara, tapi bukan berarti mereka harus terlibat dalam sistem kufur yang ada. Rosulullah adalah contoh yang jelas, menolak tawaran kekuasaan orang-orang kafir Quraish, sebab kekuasaan itu masih tunduk kepada sistem jahiliyah yang ada. Bukankah kalau logikanya ingin memberikan contoh, melatih dan sebagainya, Rosululloh akan meneriwa posisi jabatan itu.

Sebab adalah sangat jelas anggota parpol Islam, tidak akan pernah bisa memberikan teladan kepada umat saat mereka bermain dalam sistem kufur. Masuknya mereka kepada sistem kufur saja, menunjukkan mereka telah tidak memberikan tauladan yang baik kepada umat dengan melanggar syariat Allah.

Apalagi, sudah diketahui umum, anggota parpol yang masuk ke dalam sistem justru sering terjebak dalam sistem tersebut. Seperti terlibat dalam money politic. Merekapun sering bungkam terhadap kezoliman penguasa dengan alasan koalisi dengan partai penguasa atau untuk kepentingan kompromi. Merekapun kemudian sering membuat pernyataan yang berubah-ubah dan membingungkan umat , mengingat kompromi yang sudah dilakukan dengan partai-partai sekuler. Teladan itu hanya bisa diberikan oleh umat Islam kalau mereka berhukum pada hukum Islam dalam sistem Islam tentunya.

Ada juga sebagian dari mereka yang beranggapan bahwa ini hanyalah takti semata (hidden agenda), mereka berfikir jika berhasil menguasai parlemen, maka mereka akan mengubah bentuk negara ini untuk menerapkan syariat Islam. Namun mereka tak mau mengkampanyekan di panggung2 politik mereka selama kampanye. Alasan yang pernah ana dengar adalah supaya masyarakat tidak kabur dan untuk menarik simpati masa seperti untuk perlindungan dakwah itu sendiri.

Kondisi ini bisa terjadi, kalau parpol Islam menang mayoritas bukan karena mereka menawarkan negara dan aturan Islam dalam kampanye mereka. Artinya, rakyat memilih mereka bukan karena rakyat sadar bahwa parpol Islam itu bertujuan mengganti sistem sekuler yang ada menjadi sistem Islam atau parpol Islam ini menjelaskan keburukan dari sistem sekuler yang ada. , tapi karena karena isu-isu lain yang menarik hati masyarakat seperti moralitas, isu korupsi, kkn, yang tidak dikaitkan dengan syariat Islam.

Selama kesadaran ditengah masyarakat tetap menganggap sistem sekuler sebagai sistem yang ideal yang harus dipertahankan, keinginan parpol Islam untuk merubah sistem sekuler itu menjadi sistem Islam akan mendapat tantangan dari rakyat sendiri yang belum sadar. Bisa-bisa mereka menganggap wakil rakyat itu telah berkhianat kepada mereka, sebab telah menyalahgunakan suara yang mereka berikan untuk perkara lain.

Sebab, berubah atau tidaknya sebuah sistem sangat ditentukan oleh kesadaran masyarakat tentang buruknya sistem yang ada dan kesadaran mereka untuk mengganti sistem yang rusak itu menjadi sistem yang baru. Oleh karena itu, kalaupun parpol Islam ingin menjadikan pemilu ini sebagai sarana perubahan menuju tegaknya negara Islam , mereka seharusnya secara terbuka menyerang sistem kufur yang ada dan menjelaskan secara gamblang kewajiban mendirikan negara dan aturan Islam. Sehingga muncul kesadaran umum ditengah masyarakat. Namun, sayang parpol Islam yang sekarang tidak memilih jalan itu. Ditambah lagi sistem demokrasi tidak akan memberikan peluang untuk itu.

Karena itu, hanya aktivitas politik yang dilakukan oleh Rosulullah yang harus dijadikan pedoman yang ingin terjun dalam aktivitas politik. Dimana metode yang menonjol adala selalu mengkaitkan pengaturan urusan-urusan umat dengan hukum-hukum Islam. Beberapa aktivis politik Rosullah antara lain:

1. Membina umat dengan pemikiran dan hukum-hukum Islam sehingga terjadi perubahan pemikiran di tubuh umat.

2. Menyerang ide-ide, pemikiran, dan hukum-hukum yang rusak di tengah masyarakat, membongkar kepalsuaannya dan pertentangannya dengan Islam . Dengah demikian umat akan menolak hukum-hukum tersebut dan mengantikannya dengan sistem Islam.

3. Membongkar kedzoliman dan kebejatan penguasa-penguasa yang ada ditengah-tengah umat. Rosullah saw menyerang Abu Jahal dan Abu Lahab dengan mengungkap kedzoliman dan penghianatannya terhadap umat.

4. Mendatangi elit-elit politik dari berbagai kabilah yang berpengaruh , mengajak mereka masuk Islam dan agar mereka menyerahkan kekuasaan kepada Islam . Dengan demikian hukum-hukum Islam bisa ditegakkan lewat kekuasaan.


Kesimpulan

Aktivitas politik muslim haruslah bermuara pada tiga perkara penting yang menjadi kunci perubahan: pembentukan kader yang ideologis, membangun kesadaran masyarakat, dan dukungan kelompok dan tokoh-tokoh terkemuka yang memiliki kekuatan di masyarakat. Inilah yang paling penting untuk dilakukan. Jadi tidak ada hubungan yang signifikan dengan ikut pemilu atau tidak. Inilah kunci keberhasilan tegaknya Daulah Islam yang akan menerapkan hukum-hukum syara’ secara kaffah dan menyeluruh. Sekaligus, hal ini akan memberikan perlindungan yang nyata bagi umat Islam terhadap kebijakan yang merugikan mereka.

Semoga tulisan pendek ini kembali menyadarkan kalian wahai saudaraku….

Samarinda, 18 Januari 2010
Pukul 21.34 wita




Adi Victoria

disarikan dari berbagai sumber.

~Jebakan Kursi Parlemen Pada Gerakan-Gerakan Islam Dunia~

Sebagaimana kita ketahui bahwa ada sebagian gerakan-gerakan Islam yang memilih jalur parlemen untuk melakukan sebuah perubahan. tentu saja beragam alasan yang mereka gunakan sebagai “dalih” atas aktivitas tersebut. sebut saja statement “kita harus masuk ke dalam parlemen agar orang-orang kafir jangan sampai menang dan membuat kebijakan yang merugikan umat Islam” dan lainnya.

benarkah anggapan seperti itu?


Di indonesia khususnya, perlu ditelaah perubahan sejauh apa yang mungkin bisa dilakukan melalui Pemilu? di Indonesia sendiri, Pemilu tidak didesain untuk terjadinya perubahan yang sangat mendasar atas konsitusi negara. Di samping itu, apa pun cita-cita kita, termasuk tegaknya syariat, pasti memerlukan kekuatan. Tentang hal ini, perlu di lihat ternyata sumber kekuatan terbesar, yaitu masyarakat, justru tidak atau belumlah tergarap secara sungguh-sungguh bagi perubahan ke arah Islam. Maka, bila kita berbicara tentang 4 fungsi partai politik, yakni representasi yang kemudian melahirkan kegiatan legislasi, edukasi, artikulasi, dan agregasi, Mengapa 50% lebih masyarakat Indonesia lebih memilih partai sekular? Ini jelas karena umat tidak paham bagaimana harus memilih. Ketidakpahaman ini berakar pada problem edukasi yang tidak mereka terima secara semestinya selama Orde Baru dan Orde Lama dulu.

kemudian kalau kita berbicara pada tataran parlemen di dunia, Selama 40 tahun, 86 pemilihan parlemen di 20 negara telah menyertakan satu atau lebih partai-partai Islam, menurut laporan tahunan dari Inter-Parliamentary Union. Delapan puluh persen dari partai-partai Islam ini yang diterima kurang dari 20 persen suara, dan mayoritas mendapat kurang dari 10 persen—hampir tidak layak untuk meraih kemenangan. Hal yang sama berlaku bahkan selama beberapa tahun terakhir, dengan angka yang nyaris tidak berubah sejak tahun 2001. Benar, partai-partai Islam telah memenangkan beberapa terobosan dengan baik, seperti di Aljazair pada 1991, dan Palestina pada tahun 2006. namun lihatlah faktanya, ketika kedua partai tersebut meraih kemenangan, apa yang terjadi??? kafir barat dan sekutunya tidak akan memberikan ruang bagi partai Islam untuk menang dan memiliki kekuasaan di parlemen, kecuali partai tersebut mau “tunduk” pada aturan main kaum kafir.

Disamping itu karena fakta menunjukan perubahan total tidak pernah terjadi melalui jalan parlemen. Kalaupun bisa terjadi bersifat parsial. Karenanya, perjuangan melalui parlemen bukanlah metode untuk melakukan perubahan total. Parlemen tidak dapat dijadikan sebagai metode perubahan. Sebab, metode perubahan melalui parlemen hanya bersifat teoritis belaka bukan praktis. Selain itu, pemilu bukanlah metode perubahan yang telah ditempuh oleh Rasul saw. ketika mendirikan pemerintahan Islam.

Selain itu, fakta di Indonesia juga menunjukkan bahwa partai-partai politik dan anggota parlemen sejak awal telah melihat keharusan mereka untuk terikat dengan Sekularisme Kapitalisme beserta produk perundangan-undangannya. Ini artinya, pemilu di Indonesia tidak diadakan dalam rangka melakukan perubahan mendasar apapun. Tapi jauh lebih sering, partai-partai Islam cenderung melakukan implikasi yang sangat buruk. Setelah pemilu usai, partai Islam dihantam stigma sebagai partai-partai yang sama dengan partai lainnya juga yang sekuler dan nasional, atau kiri. jadi jangan heran jika ada anggapan bahwa partai sekarang susah untuk di bedakan yang mana partai Islam dan yang mana partai sekulre/kiri. pun juga di negeri ini. karena yang menentukan sebuah partai itu Islam atau tidak bukanlah anggotanya yang seratus 100% Islam dan “aktivis” namun adalah visi dan misi apa yang di bawa. kalo toh ternyata sama saja dengan partai sekuler yang tidak jelas visi dan misisnya ya jangan heran ada anggapan seperti itu. sayangnya pula kalo kita berbicara anggota partai Islam, tidak ada satupun di negeri ini anggota/kader partai Islam yang anggotanya 100% adalah Islam, sedangkan di dalam Islam haram hukumnya menerima non muslim menjadi kader bagi sebuah partai Islam.

Partai rata-rata persentase kursi yang dimenangkan oleh partai-partai Islam dalam pemilihan umum yang realtif bebas adalah 10 poin lebih rendah dibandingkan dengan yang kurang bebas. Bahkan jika mereka tidak menang, partai-partai Islam sering menemukan diri mereka sendiri diliberalisasi oleh proses pemilihan. Platform partai Islam cenderung berfokus pada hukum syariah dalam pemilihan untuk menegakkan demokrasi dan hak-hak perempuan. Dan bahkan di beberapa negara yang otoriter, platform partai Islam telah bergeser selama beberapa pemilu, ke arah yang lebih liberal posisinya: sekadar contoh, Partai Keadilan dan Pembangunan Maroko dan Front Aksi Islam Yordania. Keduanya melucuti hukum syariah dari platform mereka sendiri selama beberapa tahun.

sebenarnya dakwah di parlemen itu boleh saja, asalkan benar-benar membawa dakwah Islam yang sesungguhnya ( da‘wah li isti’nâfi al-hâyah al-islâmiyyah atau dakwah untuk melanjutkan kehidupan Islam, yakni upaya untuk mengembalikan umat pada pengamalan seluruh hukum-hukum Islam; baik oleh individu, kelompok, maupun oleh negara). apa itu?

yakni yang harus dilakukan oleh parpol Islam adalah:

Pertama, tegas menyatakan bahwa visi dan misinya adalah untuk mewujudkan kehidupan Islam dan mengganti sistem Demokrasi sekular ini menjadi sistem Islam.

kedua, sungguh-sungguh melaksanakan semua fungsi parpol, terutama fungsi edukasi, agar secepatnya terwujud kesadaran politik Islam di tengah-tengah masyarakat. Hanya melalui cara ini, kita bisa memiliki kekuatan untuk mewujudkan perubahan mendasar tadi.

jika saja ada partai Islam di parlemen tahun 2014 nanti yang membawa visi itu insya Allah suara saya akan menjadi milik anda
hehehe ^_^

Sudah saatnya partai Islam yang memilih jalur parlemen untuk segera sadar dan keluar dari jebakan-jebakan kursi di parlemen terlebih lagi keluar dari jebakan ide busuk demokrasi yang khayali. mari kembali ke thariqah dakwah yang telah Rasulullah tinggallkan. jangan sampai dengan masuk ke dalam parlemen dan terjebak pada permainan bagi-bagi jatah kursi akhirnya bergerak meninggalkan ranah pembinaan yang sudah dilakukan bertahun-tahun.

“Sesungguhnya pada diri Rasulullah ada suri teladan yang baik bagimu yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan banyak menyebut Allah.” [Al Ahzab:21]

Samarinda, 16 januari 2010
pagi yang indah 08.30 wita

Adi Victoria,



Disarikan dari berbagai sumber.

Jalan Cinta Para Pejuang

di sana, ada cita dan tujuan
yang membuatmu menatap jauh ke depan
di kala malam begitu pekat
dan mata sebaiknya dipejam saja
cintamu masih lincah melesat
jauh melampaui ruang dan masa
kelananya menjejakkan mimpi-mimpi

lalu di sepertiga malam terakhir
engkau terjaga, sadar, dan memilih menyalakan lampu
melanjutkan mimpi indah yang belum selesai
dengan cita yang besar, tinggi, dan bening
dengan gairah untuk menerjemahkan cinta sebagai kerja
dengan nurani, tempatmu berkaca tiap kali
dan cinta yang selalu mendengarkan suara hati

teruslah melanglang di jalan cinta para pejuang
menebar kebajikan, menghentikan kebiadaban, menyeru pada iman
walau duri merantaskan kaki, walau kerikil mencacah telapak
sampai engkau lelah, sampai engkau payah
sampai keringat dan darah tumpah

tetapi yakinlah, bidadarimu akan tetap tersenyum
di jalan cinta para pejuang

Salim A. Fillah

~menapaki langkah perjuangan~

Di jalan ini telah menapak kedua kakiku
Di saat kaki yang lain merasa enggan
Di saat jiwa yang lain merasa segan
Takut akan halang dan rintang
Entahlah, sering kubertanya…
Apakah daya ini akan terus ada??
Apakah bara semangat ini kan terus menyala??
Menggenggam mabda’ yang terus membara??

Atau kemudian akan padam dan layu??
Aku tergugu dan membisu??

Sebuah asa…
Setitik perjuangan…
Sejengkal perjalanan..
Sebilah pengorbanan..

Apakah akan dipertaruhkan hanya karna kita tak sanggup lagi??
Apakah kefuturan telah mengalahkan semangat hati??
Hingga tak sadar jadi seonggok besi
Putus asa menjadi hal yg pasti

Namun asa itu tak akan pernah mati
Ia butuh kesungguhan hati
Demi sebuah perjuangan tegaknya kalimat Illahi Rabbi
Allahu akbar !!

[abel vihani]

~menemui cinta diujung senja~

Bila..
Sebuah masa telah tiba
Datang tanpa rencana
Bila..
Sebuah masa telah menjadi sebuah kepastian
Namun selalu terlupa dalam kehidupan
Bila..
Persiapan belum sempurna
Namun penjemput menghampiri di muka

Membuatku tercekat
Terperanjat
Hingga terasa jantungku ingin meloncat
Mataku keluar mencelat

Menatap nanar
Hilang sudah semua binar
Yang ada hanyalah onar

Teringat masa yg hingar bingar
Teringat masa yang telah terhampar

Menjadi catatan yang kian berakar
Yang mungkin tak pernah mereka dengar
Tentangku si manusia pijar

Selalu, selalu dan selalu
Mereka anggap aku sempurna
Tak bercela
Tak ada tandingannya
Membuatku lupa
Terlena
Karna perkata

Bila waktu itu telah tiba
Hilang anak dalam kalbu seorang ibu
Terputus saudara karna dosa
Terlupa ikatan karena waktu

Dan itu akan terjadi nyata, Saudara
Tak ada yang patut di banggakan
Wajah nan indah kelak kan menjadi keriput
Mata yang tajam menatap kelak kan menjadi rabun
Tak ada yang patut dibanggakan
Bila terlahir terbungkus ari-ari,
Kemudian memakai dasi, maka kelak kan bersama kafan pembungkus diri

Tak ada yang patut dibanggakan
Karna jiwa ini selalu dalam genggaman
Sang Pengatur Lintasan
Bagi makhluk bernama insan

[abel vihani]